Bakal Calon Wali Kota (Bacawako) Padang, Braditi Moulevey menyebut Idul Adha adalah momentum bagi umat Islam untuk semakin meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Selain itu, kata Moulevey, Idul Adha juga mengingatkan lagi kepada manusia tentang bagaimana bersikap ikhlas dan rela berkorban, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS ketika diperintah Allah SWT untuk mengorbankan anaknya, Nabi Ismail AS.
“Idul Adha ini mengingatkan kita kepada ketaatan dan kemantapan tauhid Nabi Ibrahim kepada Allah SWT, yang dengan keikhlasannya menjalankan perintah Allah untuk mengurbankan anaknya Nabi Ismail AS. Itu semua semata-mata mencari ridho Allah SWT,” kata Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (Waka DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Sumatera Barat (Sumbar) tersebut, Selasa (18/6/2024) siang.
Idul Adha, kata pria yang akrab disapa Levi itu, juga menjadi momen atau langkah bagi orang tua untuk terus mendidik anak-anak menjadi lebih dekat dengan Sang Pencipta, Allah SWT dan membentuk adab.
Pendidikan adab dari usia dini dan bangku sekolah perlu untuk ditingkatkan lagi. Pasalnya, fondasi awal kehidupan itu sejatinya dimulai dari usia dini.
Semua itu sudah ia susun dalam kerangka kerja dan visi-misinya sebagai Cawako Padang dan siap untuk mengimplementasikannya jika ia sudah mendapatkan mandat dari Partai Gerindra, tempat ia meniti karier politiknya.
“Saya sudah mencoba mendesainnya, di mana dalam visi-misi saya itu yakni mewujudkan Kota Padang maju menuju Indonesia Emas 2045,” kata Braditi Moulevey.
“Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Pemerintah Kota (Pemko) Padang itu (di bidang pendidikan) di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), kami fokus di SD karena itu Golden Age. Membentuk karakter dimulai dari SD,” kata Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Padang yang pertama itu.
Selain meningkatkan pemahaman agama, eks petinggi di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Padang itu juga menyoroti krisis adab dan moral yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini.
“Saat ini (kita tidak boleh menutup mata) krisis adab dan moral, tawuran hingga LGBT (serta tindakan kriminal lainnya). Caranya, harus meningkatkan kompetisi guru, guru ini wajib ditingkatkan, jangan sampai gagap teknologi (gaptek), karena transformasi digital sudah cukup canggih,” kata Moulevey yang juga Sekretaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah (Orwil) Jakarta Timur (Jaktim) itu.
Sehingga, kata pria dengan gelar adat Rajo Mudo itu, para pelajar bisa lebih meningkat budi pekerti dan adabnya dengan mengkombinasikan pendidikan agama dengan transformasi digital.
“Semua itu dimulai dari usia dini. Kita harus menyiapkan infrastruktur yang mumpuni, bagaimana milenial dan Gen Z ini juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersaing di era digitalisasi ini,” tutur Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Keluarga Minang (IKM) tersebut. (*)